Selasa, 06 Desember 2016

Filsafat Khong Khucu

Kong Hu-Cu, Filosof Besar Cina


Kong Hu-Cu adalah seorang filosof besar Cina. Dan dialah orang pertama yang mengembangkan sistem perpaduan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina. Filosofinya menyangkut moralitas individual manusia. dan tentang konsep pemerintahan dalam melayani rakyat serta menjalankan roda pemerintahan dengan memberi teladan-teladan, telah menyerap jadi darah daging orang Cina selama lebih dari dua ribu tahun. Tidak hanya itu, ia juga punya pengaruh terhadap sebahagian penduduk dunia lain.
Kong Hu-Cu Lahir sekitar tahun 551 SM di kota kecil Lu, kini masuk wilayah propinsi Shantung di timur laut daratan Cina. Dalam usia muda ia ditinggal mati ayahnya, sehingga ia menjalani kehidupan penuh kesengsaraan bersama ibunya. 
Ketika beranjak dewasa, Ia jadi pegawai negeri kelas teri tapi setelah beberapa tahun ia memutuskan untuk mengundurkan diri. Sepanjang enam belas tahun berikutnya Kong Hu-Cu menjadi guru, sedikit demi sedikit mencari pengaruh dan pengikut anutan filosofinya. Menginjak umur lima puluh tahun bintangnya mulai bersinar, karena ia dapat kedudukan tinggi di pemerintahan kota Lu.
Sang nasib baik rupanya tidak selamanya ramah, karena orang-orang yang dengki menyeretnya ke pengadilan sehingga bukan saja berhasil mencopotnya dari kursi jabatan tapi juga membuatnya meninggalkan kota. Tak kurang dari tiga belas tahun lamanya Kong Hu-Cu berkelana tak tentu arah, jadi guru keliling. lima tahun sebelum wafatnya tahun 479 SM, barulah ia pulang kerumah.
Kong Hu-Cu sering dianggap sebagai pendiri agama. Anggapan ini tentu saja meleset. Dia jarang sekali mengaitkan ajarannya dengan ketuhanan, menolak perbincangan alam akhirat, dan mengelak setiap pembicaraan yang berhubungan dengan soal-soal metafisika. Dia hanya seorang filosof sekuler, cuma berurusan dengan masalah-masalah moral politik dan pribadi serta tingkah laku.
Ada dua nilai yang sangat penting, kata Kong Hu-Cu, yaitu "Yen" dan "Li". "Yen" sering diterjemahkan dengan kata "Cinta," tapi sebetulnya lebih tepat diartikan "sifat ramah dalam hubungan dengan seseorang". "Li" dilukiskan sebagai gabungan antara tingkah laku, ibadah, adat kebiasaan, tatakrama dan sopan santun.
Pemujaan terhadap leluhur, yang merupakan dasar kepercayaan orang Cina bahkan sebelum lahirnya Kong Hu-Cu, lebih diteguhkan lagi dengan ajaran kesetiaan kepada keluarga dan penghormatan terhadap orang tua. Ajaran Kong Hu-Cu juga menggaris bawahi arti penting penghormatan seorang istri dan taat kepada suami, begitu juga keharusan seorang warga kepada pemerintahnya. Ini agak berbeda dengan cerita-cerita rakyat Cina yang senantiasa menentang tiap bentuk tirani. Kong Hu-Cu yakin, adanya negara itu tak lain untuk melayani kepentingan rakyat, bukan sebaliknya. 
Tak jemu-jemunya Kong Hu-Cu menekankan bahwa penguasa mesti memerintah dengan cara memberi contoh teladan yang moralis dan bukan dengan kekerasan. Dan salah satu hukum ajarannya agak mirip dengan "Golden Rule"nya Nasrani yang berbunyi "Apa yang kamu tidak suka orang lain berbuat terhadap dirimu, jangan lakukan.". Ajaran Islam juga mengajarkan demikian. Rasulullah Saw. bersabda: "Tidak (sempurna) iman seorang kamu sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa saja yang ia cintai untuk dirinya".
Pokok pandangan utama Kong Hu-Cu dasarnya sangat konservatif. Menurut hematnya, jaman keemasan sudah lampau, dan dia menghimbau kepada penguasa dan rakyat supaya kembali ke asal, berpegang pada ukuran moral yang genah, tidak ngelantur. Kenyataan yang ada bukanlah perkara yang mudah dihadapi. Keinginan Kong Hu-Cu agar cara memerintah bukan dengan kekerasan, melainkan lewat memberi teladan yang baik, pada awalnya tidak begitu lancar.
Kong Hu-Cu hidup di jaman dinasti Chou, masa suburnya kehidupan intelektual di Cina, sedangkan penguasa saat itu tidak menggubris sama sekali petuah-petuahnya. Baru sesudah dia wafatlah ajaran-ajarannya menyebar luas ke seluruh Cina.
Ketika Lahir dinasti Ch'in tahun 221 SM,  pengikut kong Hu-cu mengalami masa yang amat suram. Kaisar Shih Huang Ti, kaisar pertama dinasti Ch'ing bertekat membabat habis penganut Kong Hu-Cu dan memotong mata rantai yang berhubungan dengan masa lampau. Ia mengeluarkan perintah untuk menghilangkan ajaran-ajaran Kong Hu-Cu. Ia juga mengerahkan prajurit dan tukang pukul serta provokator yang profesional untuk melakukan penggeledahan besar-besaran, merampas semua buku yang memuat ajaran Kong Hu-Cu dan dicemplungkan ke dalam api sampai hancur jadi abu. 
Kebejatan berencana ini rupanya tidak juga mempan. Tatkala dinasti Ch'ing mendekati kejatuhannya, Semangat penganut-penganut Kong Hu-Cu bangkit kembali. Di masa dinasti berikutnya (dinasti Han tahun 206 SM - 220 M). Confucianisme menjadi filsafat resmi negara Cina.
Mulai dari masa dinasti Han, kaisar-kaisar Cina setingkat demi setingkat mengembangkan sistem seleksi bagi mereka yang ingin menjadi pegawai negeri dengan jalan menempuh ujian agar yang jadi pegawai bukan orang serampangan melainkan punya standar kualitas baik ketrampilan maupun moralnya. Lama-lama seleksi makin terarah dan berbobot. 
Oleh karena menjadi pegawai itu merupakan jenjang menuju kesejahteraan material dan tingginya status sosial, tidak aneh apabila terjadi pertarungan di antara para peminat untuk memperebutkan posisi tersebut. Akhirnya generasi-generasi cina menelaah dengan tekun tulisan-tulisan klasik Khong Hu-Cu. Dan, selama berabad-abad seluruh pegawai negeri Cina terdiri dari orang-orang yang berpijak pada filosofi Kong Hu-Cu. Sistem ini berlangsung hampir selama dua ribu tahun, mulai tahun 100 SM sampai 1900 M.
Tapi, Confucianisme bukanlah semata-mata filsafat resmi pemerintahan Cina, tapi juga diterima dan dihayati oleh sebagian besar orang Cina, bahkan berpengaruh sampai ke kalbu mereka, menjadi panduan pola fikir selama jangka waktu lebih dari dua ribu tahun.
Ada beberapa sebab mengapa Confucianisme punya pengaruh yang begitu dahsyat pada orang Cina. Pertama, kejujuran dan kepolosan Kong Hu-Cu tak perlu diragukan lagi. Kedua, dia seorang yang moderat dan praktis serta tak minta banyak hal yang memang tak sanggup dilaksanakan orang. Jika Kong Hu-Cu ingin seseorang jadi terhormat, orang itu tidak perlu bersusah payah menjadi orang suci terlebih dahulu. Dalam hal ini, seperti dalam hal ajaran-ajarannya yang lain, dia mencerminkan dan sekaligus menerjemahkan watak praktis orang Cina. Segi inilah kemungkinan besar yang menjadi faktor utama kesuksesan ajaran-ajaran Kong Hu-Cu.
Confucianisme yang menekankan kewajiban-kewajiban yang ditujukan kepada pribadi-pribadi dan tidak menonjolkan hak-haknya, rasanya sukar dicerna dan kurang menarik bagi ukuran dunia Barat. Namun, sebagai filosofi kenegaraan ajaran ini sangat efektif. Diukur dari sudut kemampuan memelihara kerukunan dan kesejahteraan dalam negeri Cina dalam jangka waktu tak kurang dari dua ribu tahun, jelaslah dapat disejajarkan dengan bentuk-bentuk pemerintahan terbaik di dunia.
Gagasan filosofi Kong Hu-Cu yang berakar dari kultur Cina, tidaklah berpengaruh banyak di luar wilayah Asia Timur. Di Korea dan Jepang memang kental pengaruhnya dan ini disebabkan kedua negeri itu memang sangat dipengaruhi oleh kultur Cina.
Saat ini Confucianisme berada dalam keadaan suram di Cina. Masalahnya, pemerintah Komunis berusaha sekuat tenaga agar penduduk tidak lagi mengingat ajaran masa lampau ini. Dengan gigih dan sistematik Confucianisme digempur habis sehingga kemungkinan besar suatu saat Confucianisme lenyap dari bumi Cina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar