Hidup adalah Pilihan
Senin, 26 Desember 2016
Rabu, 21 Desember 2016
Keterbatasan Antara Fakta dan Kebenaran
Kebenaran adalah sesuatu yang ada
secara objektif, logis, dan merupakan sesuatu yang empiris. Sedangkan fakta
merupakan kenyataan yang terjadi yang dapat diterima secara logis dan dapat
diamati secara nyata dengan pancaindra manusia.
Kasus jatuhnya pesawat Mandala di
Medan beberapa tahun yang lalu merupakan suatu contoh fakta yang terjadi
dilapangan. Kenyataan berupa kasus pesawat yang jatuh tersebut merupakan
sesuatu kasus yang benar adanya. Dengan kebenaran atas terjadinya kecelakaan
pesawat merupakan suatu fakta yang tidak bisa dibantah lagi atas kebenarannya,
baik secara logika maupun secara empiris. Contoh lain, shalat dapat mencegah
manusia kepada kemungkaran merupakan suatu kebenaran wahyu yang tidak dapat
dibantah lagi, baik secara logika maupun empiris, karena pada kenyataannya
apabila orang shalatnya baik dan benar, maka prilakunya menjadi bagus di
masyarakat.
Dari uraian dan kedua contoh diatas,
menunjukkan bahwa antara kebenaran dan fakta merupakan dua sisi mata uang yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, antara fakta dan
kebenaran, dan antara fakta dengan kebenaran merupakan dua hal yang berkaitan
sangat erat.
Jumat, 16 Desember 2016
[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
- Sejarah Timor Leste
- Sejarah Asal Mula Bangsa Aceh
- Sejarah Pramuka Indonesia
- Ratna Inten Dewata (Mengapa Garut disebut kota Int...
- Sejarah Ondel - Ondel Betawi
- Sejarah Makanan Kerak Telor Yang Gurih
- FILSAFAT KI HAJAR DEWANTARA
- FILOSOFIS PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA
- LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
- Sejarah Asal Usul Terbentuknya Kota Bogor
- Filosofi Kopi Indonesia
- Filosofi Gudeg Jogja
- filosofi Makanan Tradisonal Lepet
- Filosofi Lontong “Olo e Dadi Kotong”
- FILSAFAT DAN HIDUP SEHARI-HARI
- Tujuan filsafat
- #tanya filsafat
- PERGANTIAN KEPALA SEKOLAH
- Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan t...
- Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Sumpah Pemuda
- Pragmatisme
- Pragmatisme dalam Filsafat
- Sejarah Perkembanggan Esensialisme
- Pandangan ontologi essensialisme
- Pandangan epistemologi essensialisme
- Pandangan aksiologi esensialise
- Pandangan mengenai belajar
- Pandangan Kurikulum Essentialisme
- Tokoh- tokoh Aliran Esensialisme
- Pengertian perenialisme
- Sejarah Perkebdangan Aliran perenialisme
- Ciri- Ciri Perenialisme
- Implikasi Perenialisme Terhadap Pendidik
- Tokoh-Tokoh Aliran Prelianisme
- Pentingnya Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran
- PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN B...
- apa pentingnya sebuah RPP?
- Fungsi dan Peranan Guru dalam Proses Belajar Menga...
- FUNGSI EVALUASI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
- Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP
- KEKURANGAN DAN KELEBIHAN MEMPELAJARI BAHASA INDONE...
- Ini Kelemahan-kelemahan Kurikulum 2013
- Tanda-Tanda Kegagalan Kurikulum 2013
- 16 Tempat Wisata di Banten dan Sekitarnya
- hubungan antara filsafat dengan agama
- INKLUSI Pendidikan Terhadap Anak Berkebutuhan Khus...
- 10 Mitos - Mitos Terlarang Di Tempat Wisata
- Manfaat Teh Hijau Untuk Diet Dan Cara Meminumnya
- 7 Bahaya Makanan Pedas Bagi Kesehatan Anda
- Cinta Sejati Dalam Islam
- pentingnya belajar filsafat bagi mahasiswa
- 20 Manfaat Belajar Filsafat bagi Kehidupan
- MENGAPA PERLU BELAJAR FILSAFAT?
- OBYEK DAN RUANG LINGKUP KAJIAN FILSAFAT ISLAM
- Sifat Jujur Ternyata Sudah Menjadi Tipikal Orang y...
- Metode Pembelajaran IPS Kelas Rendah
- ASAL USUL SITU RAWA ARUM, GROGOL CILEGON-BANTEN
- PENTINGNYA ETIKA PROFESI
- Lebih Bahagia Punya Banyak Waktu atau Uang?
- Membaca Novel Tingkatkan Kemampuan Bahasa dan Moto...
- Alasan Generasi Muda Harus Belajar Musik
- Penting... Perguruan Tinggi Wajib Melek Teknologi!...
- Mau Mendapat Beasiswa? Buatlah Potret Diri Anda ya...
- Spiritualitas tanpa “Spiritualitas”
- Ciri dan Gerak Pikiran Manusia
- Pikiran Harus Bebas: Kuncinya Adalah Hati.
- Filosofi Bunga Edelweis
- Filosofi Hidup: Cermin Retak dan Keruh
- Kepribadian Berdasarkan Bentuk Gigi
- Gotong Royong Falsafah Bangsa yang Terlupakan
- Pendidikan Literasi Sains
- Kosmologi Filsafat (Makalah)
- Karakteristik Filsafat
- HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DENGAN BIMBINGAN DAN KONS...
- Filsafat Pikiran dalam tradisi kontinental
- AJARAN KONFUSIANISME (Tinjauan Sejarah dan Filsafa...
- FILSAFAT KOMUNIS
- Filsafat Komunikasi
- Filsafat Khong Khucu
- Hakikat dan Bidang Telaah Filsafat
- Persamaan Antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
- FILSAFAT CINTA
- Sejarah Kota Bekasi
- Kajian Teori Filsafat Pendidikan
- Peranan dan Fungsi Filsafat Pendidikan
- Dasar dan Tujuan Filsafat Pendidikan
- Pengertian Filsafat Pendidikan
- Subjek/ Objek Filsafat Pendidikan
- Asal Mula Kota Cirebon
- Gotong Royong Falsafah Bangsa yang Terlupakan
- Filsafat Pancasila
- SEBA: Tradisi Masyarakat Baduy Dalam
- SEJARAH PENCAK SILAT CIMANDE
- Pragmatisme Dalam Pendidikan
- Sate Bandeng Kuliner Khas Banten
- GUNUNG SANTRI BOJONEGARA BANTEN
- Sumber-Sumber Kurikulum
- Tokoh-tokoh Filsafat Islam dan Pemikirannya
- cabang-cabang filsafat
- Pemahaman Filsafat (apa itu filsafat?)
- Kajian Visi Misi Untirta
- Visi Misi Untirta
- TRADISI PANJANG MULUD MASYARAKAT BANTEN
- SEJARAH FILSAFAT BARAT
- Asal Usul Nama Pandeglang Banten
- BANTEN GIRANG
- Geopolitik Filsafat
- Esensialisme
- Batu Kuwung
- Dualisme
- Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Bangsa Indonesia
- Aliran Realisme Dalam Filsafat Pendidikan
- Sejarah Filsafat Pragmatisme
- Perennialisme
- Rekontruksionalisme
- Idealisme
- Pragmatisme Dalam Pendidikan
- Kritisisme Immanuel Kant
- FILSAFAT PENDIDIKAN NATURALISME TEORI, IMPLIKASI DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
- Teori Nilai
- Aksiologis
- Belajar Hidup dengan Empati, Simpati, dan Harmon
- Apakah Anda Sahabat Yang Baik?
- Rampag Bedug
- Keterbatasan Antara Fakta dan Kebenaran
- Sertifikat Seminar
Jumat, 09 Desember 2016
Sejarah Timor Leste
ahukah Anda berapa harga yang harus dibayar Timor Leste kepada Australia agar bisa merdeka dari Indonesia?
Quinton Temby, freelance correspondent Deutsche Welle dan Radio Australia di Timor Leste pada tahun-tahun awal sejak negeri itu merdeka, punya cerita menarik soal ini. Cerita dimulai dari sebuah ruang konferensi internasional tentang keamanan regional di Dili, dua tahun setelah Australia melepaskan Timor Leste dari pangkuan Indonesia.
Hampir seluruh pejabat tinggi Timor Leste keluar dari ruang sidang dengan wajah frustrasi. Bukan tindakan milisi Indonesia -- yang menghancurkan seluruh infrastruktur dan desa setelah jajak pendapat penuh muslihat melepaskan wilayah itu dari Indonesia -- yang membuat mereka frustrasi, tapi Australia.
Australia memposisikan diri menjadi pihak yang 'harus' menerima manfaat terbesar dari perannya memerdekakan Timor Leste. Caranya, dengan meminta bagian terbesar cadangan minyak dan gas alam Laut Timor.
Seorang pejabat Timor Leste meratap kepada delegasi Australia. "Australia negara kaya, Timor Leste sangat miskin. Pembagian ini sangat tidak adil."
Delegasi Australia tak bergeming. Pejabat Timor Leste itu melanjutkan ratapannya; "Sulit bagi kami memberi tahu rakyat bahwa kolonisasi tidak akan pernah berakhir, bahkan saat kami telah mencapai kemerdekaan."
Kali ini, ratapan pejabat Timor Leste mendapat tanggapan. Allan Dupont, mantan diplomat dan anggota delegasi Australia, mengatakan; "Sayangnya, hubungan internasional tidak didasarkan pada emosi atau ekuitas, tapi pada hard-nose reality (1)."
Orang Timor Timur tidak pernah tahu semua ini. Jika mereka tahu, mungkin mereka akan menolak tutorial politik Australia, dan tidak pernah merdeka, atau memilih tetap bersama Indonesia.
Timor Timur, yang kemudian menjadi Timor Leste, merdeka pada 20 Mei 2002 dan menjadi negara termiskin di Asia. Mereka sama miskinnya dengan Rwanda, dan harus ketergantungan tak sehat kepada bantuan asing.
Kesempatan mereka untuk keluar dari kemiskinan sangat tergantung pada kemampuan mereka mengelola cadangan gas dan minyak di Celah Timor. Namun, Australia ingin menguasai sebagian besar cadangan itu.
Laut Timur adalah wilayah sengketa. Canberra mengklaim dasar Laut Timor sebagai bagian dari landas kontinen Australia, yang membentang ke Palung Timor -- atau hanya 50 mil laut dari bibir pantai Timor Leste. Dili menentang klaim itu, dan berkeras pada prinsip garis tengah antara kedua negara.
Jika klaim Canberra diterima, Australia dipastikan menguasai 70 persen cadangan minyak dan gas bumi Celah Timor, yang membuat Timor Leste tidak memiliki harapan untuk hidup makmur.
Tidak ada kesepakatan yang diteken pada hari pertama konferensi. Namun pada hari yang sama PM Mari Alkatiri mengatakan Timor Leste masih mengklaim hak batas maritim permanen, meski perjanjian telah ditanda-tangani. Perjanjian Laut Timor ini membuat prizefight -- atau hadiah pertarungan memperebutkan sumber daya antara negara miskin dan kaya -- menjadi resmi.
Menerima klaim Australia tidak ubahnya bunuh diri berdaulat bagi Timor Leste. Di sisi lain, Australia menganggap klaim Timor Leste meresahkan Canberra, berkaitan dengan ketakutannya kepada Indonesia.
Ketakutan Australia kepada Indonesia terungkap beberapa hari setelah pembicaraan batas wilayah maritim Timor Leste-Australia. Saat itu Menlu Alexander Downer mengatakan; "Batas maritim Australia-Indonesia mencakup ribuan kilometer. Itu masalah besar, dan kami tidak akan terjerumus ke permainan renegotiating Indonesia."
Australia masih punya alasan lain untuk takut jika menerima klaim Timor Leste. Sebelum perjanjian ditekan, PetroTimor -- sebuah perusahaan minyak yang berbasis di AS -- berupaya mendapatkan hak menambang di Celah Timor. PetroTimor menunjuk Vaughan Lowe, profesor Hukum Internasional Universitas Oxford, dan Cristopher Carleton -- kepala Divisi Hukum laut di kantor Hidrografi Inggis, untuk membentuk opini publik.
Lowe mengatakan perjanjian yang dipaksakan Australia akan mencegah Timor Leste menetapkan batas-batas maritim yang sah sesuai hukum internasional. PetroTimor mendesak Timor Leste membatalkan perjanjian itu dan menyerahkan sengketa Celah Timor ke Mahkamah Internasional. PetroTimor bersedia mendanai perjuangan ini. Sebagai imbalannya, PetroTimor akan memberikan 10 persen dari pendapatan minyak dan gas bumi di Celah Timor jika berhasil.
Pemerintahan Trasisi PBB di Timor Leste menolak tawaran itu. Alasannya, argumen legal kedua pihak atas Celah Timor harus ditangani secara serius.
Dua hari sebelum PetroTimor mempublikasikan tawarannnya di Dili, Australia diam-diam berusaha agar sengketa batas wilayah dengan tetangga miskinnya tidak dibawa ke Pengadilan Hukum Laut Internasional dan Mahkamah Internasional. Australia tahu jika usul PetroTimor dipublikasikan, hampir semua negara akan menyerang Ausralia.
Canberra juga tidak ingin sengketa batas wilayah diselesaikan lewat litigasi, tapi lewat negosiasi. PM Alkatiri frustrasi, dan menyebut tindakan Australia sangat tidak bersahabat.
Di bawah ancaman arbitrase internasional, dan tekanan agar Timor Leste membayar semua dana yang dikeluarkan Bank Dunia dan negara donor selama pemerintahan transisi, Australia secara hebat memaksa Dili menandatangani perjanjian tak adil.
Dili sempat berreaksi dengan menahan dua pengacara yang didanai PBB. Australia memiliki tim pengacara, penasehat, dan perunding hebat. Pada satu kesempatan, di bawah komando Menlu Alexander Downer, menggeruduk gedung pemerintahan Timor Leste dan menerobos masuk ke ruang kabinet.
Dalam transkrip rahasia yang bocor, Downer -- dengan kesombongon tuan kulit putih pembantai Aborigin -- mengatakan; "Jika saya jadi Anda, saya akan fokus bagaimana memperoleh pendapatan untuk negara Anda yang baru dan miskin, tanpa mengkompromikan integritas. Menyebut kami kerbau besar adalah sesuatu yang aneh. Kami mengeluarkan Timor Timur dari Indonesia tanpa memperoleh keuntungan ekonomi."
PM Alkatiri nyaris mengundurkan diri, akibat tidak ada niat Australia menyetujui batas maritim yang diinginkan. Alkatiri mencoba cara lain, yaitu dengan meminta bagian lebih dari hasil eksploitasi minyak dan gas bumi.
Downer menolak dengan, sekali lagi khas kesombongan kulit putih, dengan mengatakan; "Kami tidak harus menggali cadangan minyak itu. Seluruh kekayaan alam itu bisa tidak digali sampai 20, 40, atau 50 tahun. Kami tidak peduli Anda membocorkan informasi ini ke media. Biarkan kami memberikan tutorial politik, bukan kesempatan."
Bagi semua orang Timor Timur, seluruh sejarah mereka -- terhitung sejak invasi Indonesia -- adalah tutorial politik buram yang ditulis Australia. Dimulai ketika Richard Woolcott, saat itu Dubes Australia untuk Indonesia, mendorong Canberra untuk menerima invasi Indonesia ke Timor Timur.
Woolcott, dalam kawat rahasia yang bocor, mengatakan semua itu demi kepentingan ekonomi jangka panjang. Merundingkan batas-batas maritim, terutama Celah Timor, dengan Indonesia akan lebih mudah ketimbang dengan orang Timor Timur.
Prediksi Woolcott benar. Tahun 1989, Australia dan Indonesia menandatangani Perjanjian Celah Timor.
Bagi pendukung kemerdekaan Timor Leste, perjanjian itu merupakan titik terendah dukungan Australia terhadap perjuangan rakyat bekas jajahan Portugis itu. Xanana Gusmao, pemimpin gerilyawan Timor Timur, menyebut perjanjian itu sebagai pengkhianatan Canberra.
"Australia telah menjadi kaki tangan pelaku pembunuhan rakyat Timor Timur. Mereka hanya ingin aman, dengan membiarkan aneksasi Timor Timur," demikian Gusmao.
Bagi Australia, Perjanjian Laut Timor adalah kesepakatan ekonomi yang menguntungkan bagi kedua negara, dan merupakan harga yang layak dibayarkan rakyat Timor Leste kepada Canberra. Di sisi lain, ketika Timor Leste terus menerus mengatakan perjanjian itu tidak adil, Australia menyebut pernjanjian itu sebagai harga yang murah yang harus diterima.
Menurut Canberra, Timor Leste mendapat 90 persen dari pendapatan Bayu Undan -- sumur minyak dan gas yang digali Conoco Phillips. Proyek ini bernilai 3 milyar dolar untuk masa 15 tahun, dan mulai berproduksi pada tahun kedua kemerdekaan Timor Leste.
Penghasilan dari Bayu Undan diperkirakan membuat Dili mampu membayar seluruh utangnya, dan tidak lagi terjerat utang baru.
Namun, di luar Bayu Undan -- atau kawasan pengembangan bersama Timor Leste dan Australia -- ada wilayah yang jauh lebih besar, yaitu Greater Sunrise. Wilayah ini dikelola sendiri oleh Woodside Australian Energy. Sebanyak 82 persen penghasilan Greater Sunrise masuk ke kantong Australia.
Jika minyak bukan motivasi Australia melepas Timor Timur dari Indonesia, Canberra sudah meminta bayaran atas kesediaannya mengirim pasukan perdamaian. Atau, jika memang tidak ada yang diburu Australia, negeri itu seharusnya sudah hengkang ketika jajak pendapat usai.
Banyak pihak mencium niat busuk Australia, mencuri minyak Timor Leste, mengintervensi Timor Timur. Mereka mendapatkannya pada tahun pertama negeri bekas jajahan Portugis itu merdeka, yaitu ketika Woodside memompa minyak di kawasan sengketa, yaitu Laminaria dan Corallina. Nilainya ditaksir mencapai miliaran dollar.
Rincinya, antara 1999 sampai 2002, Australia mengeruk 1,2 miliar dolar AS dari Laminaria dan Corallina, dan memberi bantuan 200 juta kepada Timor Timur. Yang harus diingat, bukan 'bagian', tapi 'bantuan'.
PM Alkatiri mengatakan Perjanjian Laut Timor bersifat sementara, sampai kedua negara menyepakati batas maritim. Sementara adalah kata yang tak jelas, karena tidak ada batas waktu dalam perjanjian itu.
Orang Timor Leste mungkin akan mengatakan batas perjanjian sementara itu adalah sampai seluruh sumur minyak di dasar Laut Timor kering. Selama minyak dari Laut Timor mengalir, Australia akan terus memberikan bantuan jutaan dolar kepada Timor Leste dengan tangan kiri, dan meraup miliaran dolar dengan tangan kanan.
Pada akhirnya, nasib Indonesia dan Timor Leste tidak berbeda. Indonesia harus menebus kemerdekaan dengan membayar seluruh utang Hindia-Belanda ke kreditor asing. Timor Leste membayar mahal kemerdekaannya dengan satu-satunya kekayaan alam yang memberikan janji kemakmuran, sampai waktu tak terbatas.
(1) Hard-nose reality adalah kata lain dari visi bisnis. Hubungan internasional tidak pernah didasarkan pada kepentingan politik, tapi bisnis jangka panjang. Bagi Australia, melepaskan Timor Timur dari Indonesia adalah proyek ekonomi jangka panjang. Canberra bersedia mengeluarkan dana berapa pun untuk mengerahkan pasukan, dan memberi makan rakyat negeri itu, dengan harapan bisa menguasai 90 persen cadangan minyak di Celah Timor.
Quinton Temby, freelance correspondent Deutsche Welle dan Radio Australia di Timor Leste pada tahun-tahun awal sejak negeri itu merdeka, punya cerita menarik soal ini. Cerita dimulai dari sebuah ruang konferensi internasional tentang keamanan regional di Dili, dua tahun setelah Australia melepaskan Timor Leste dari pangkuan Indonesia.
Hampir seluruh pejabat tinggi Timor Leste keluar dari ruang sidang dengan wajah frustrasi. Bukan tindakan milisi Indonesia -- yang menghancurkan seluruh infrastruktur dan desa setelah jajak pendapat penuh muslihat melepaskan wilayah itu dari Indonesia -- yang membuat mereka frustrasi, tapi Australia.
Australia memposisikan diri menjadi pihak yang 'harus' menerima manfaat terbesar dari perannya memerdekakan Timor Leste. Caranya, dengan meminta bagian terbesar cadangan minyak dan gas alam Laut Timor.
Seorang pejabat Timor Leste meratap kepada delegasi Australia. "Australia negara kaya, Timor Leste sangat miskin. Pembagian ini sangat tidak adil."
Delegasi Australia tak bergeming. Pejabat Timor Leste itu melanjutkan ratapannya; "Sulit bagi kami memberi tahu rakyat bahwa kolonisasi tidak akan pernah berakhir, bahkan saat kami telah mencapai kemerdekaan."
Kali ini, ratapan pejabat Timor Leste mendapat tanggapan. Allan Dupont, mantan diplomat dan anggota delegasi Australia, mengatakan; "Sayangnya, hubungan internasional tidak didasarkan pada emosi atau ekuitas, tapi pada hard-nose reality (1)."
Orang Timor Timur tidak pernah tahu semua ini. Jika mereka tahu, mungkin mereka akan menolak tutorial politik Australia, dan tidak pernah merdeka, atau memilih tetap bersama Indonesia.
Timor Timur, yang kemudian menjadi Timor Leste, merdeka pada 20 Mei 2002 dan menjadi negara termiskin di Asia. Mereka sama miskinnya dengan Rwanda, dan harus ketergantungan tak sehat kepada bantuan asing.
Kesempatan mereka untuk keluar dari kemiskinan sangat tergantung pada kemampuan mereka mengelola cadangan gas dan minyak di Celah Timor. Namun, Australia ingin menguasai sebagian besar cadangan itu.
Laut Timur adalah wilayah sengketa. Canberra mengklaim dasar Laut Timor sebagai bagian dari landas kontinen Australia, yang membentang ke Palung Timor -- atau hanya 50 mil laut dari bibir pantai Timor Leste. Dili menentang klaim itu, dan berkeras pada prinsip garis tengah antara kedua negara.
Jika klaim Canberra diterima, Australia dipastikan menguasai 70 persen cadangan minyak dan gas bumi Celah Timor, yang membuat Timor Leste tidak memiliki harapan untuk hidup makmur.
Tidak ada kesepakatan yang diteken pada hari pertama konferensi. Namun pada hari yang sama PM Mari Alkatiri mengatakan Timor Leste masih mengklaim hak batas maritim permanen, meski perjanjian telah ditanda-tangani. Perjanjian Laut Timor ini membuat prizefight -- atau hadiah pertarungan memperebutkan sumber daya antara negara miskin dan kaya -- menjadi resmi.
Menerima klaim Australia tidak ubahnya bunuh diri berdaulat bagi Timor Leste. Di sisi lain, Australia menganggap klaim Timor Leste meresahkan Canberra, berkaitan dengan ketakutannya kepada Indonesia.
Ketakutan Australia kepada Indonesia terungkap beberapa hari setelah pembicaraan batas wilayah maritim Timor Leste-Australia. Saat itu Menlu Alexander Downer mengatakan; "Batas maritim Australia-Indonesia mencakup ribuan kilometer. Itu masalah besar, dan kami tidak akan terjerumus ke permainan renegotiating Indonesia."
Australia masih punya alasan lain untuk takut jika menerima klaim Timor Leste. Sebelum perjanjian ditekan, PetroTimor -- sebuah perusahaan minyak yang berbasis di AS -- berupaya mendapatkan hak menambang di Celah Timor. PetroTimor menunjuk Vaughan Lowe, profesor Hukum Internasional Universitas Oxford, dan Cristopher Carleton -- kepala Divisi Hukum laut di kantor Hidrografi Inggis, untuk membentuk opini publik.
Lowe mengatakan perjanjian yang dipaksakan Australia akan mencegah Timor Leste menetapkan batas-batas maritim yang sah sesuai hukum internasional. PetroTimor mendesak Timor Leste membatalkan perjanjian itu dan menyerahkan sengketa Celah Timor ke Mahkamah Internasional. PetroTimor bersedia mendanai perjuangan ini. Sebagai imbalannya, PetroTimor akan memberikan 10 persen dari pendapatan minyak dan gas bumi di Celah Timor jika berhasil.
Pemerintahan Trasisi PBB di Timor Leste menolak tawaran itu. Alasannya, argumen legal kedua pihak atas Celah Timor harus ditangani secara serius.
Dua hari sebelum PetroTimor mempublikasikan tawarannnya di Dili, Australia diam-diam berusaha agar sengketa batas wilayah dengan tetangga miskinnya tidak dibawa ke Pengadilan Hukum Laut Internasional dan Mahkamah Internasional. Australia tahu jika usul PetroTimor dipublikasikan, hampir semua negara akan menyerang Ausralia.
Canberra juga tidak ingin sengketa batas wilayah diselesaikan lewat litigasi, tapi lewat negosiasi. PM Alkatiri frustrasi, dan menyebut tindakan Australia sangat tidak bersahabat.
Di bawah ancaman arbitrase internasional, dan tekanan agar Timor Leste membayar semua dana yang dikeluarkan Bank Dunia dan negara donor selama pemerintahan transisi, Australia secara hebat memaksa Dili menandatangani perjanjian tak adil.
Dili sempat berreaksi dengan menahan dua pengacara yang didanai PBB. Australia memiliki tim pengacara, penasehat, dan perunding hebat. Pada satu kesempatan, di bawah komando Menlu Alexander Downer, menggeruduk gedung pemerintahan Timor Leste dan menerobos masuk ke ruang kabinet.
Dalam transkrip rahasia yang bocor, Downer -- dengan kesombongon tuan kulit putih pembantai Aborigin -- mengatakan; "Jika saya jadi Anda, saya akan fokus bagaimana memperoleh pendapatan untuk negara Anda yang baru dan miskin, tanpa mengkompromikan integritas. Menyebut kami kerbau besar adalah sesuatu yang aneh. Kami mengeluarkan Timor Timur dari Indonesia tanpa memperoleh keuntungan ekonomi."
PM Alkatiri nyaris mengundurkan diri, akibat tidak ada niat Australia menyetujui batas maritim yang diinginkan. Alkatiri mencoba cara lain, yaitu dengan meminta bagian lebih dari hasil eksploitasi minyak dan gas bumi.
Downer menolak dengan, sekali lagi khas kesombongan kulit putih, dengan mengatakan; "Kami tidak harus menggali cadangan minyak itu. Seluruh kekayaan alam itu bisa tidak digali sampai 20, 40, atau 50 tahun. Kami tidak peduli Anda membocorkan informasi ini ke media. Biarkan kami memberikan tutorial politik, bukan kesempatan."
Bagi semua orang Timor Timur, seluruh sejarah mereka -- terhitung sejak invasi Indonesia -- adalah tutorial politik buram yang ditulis Australia. Dimulai ketika Richard Woolcott, saat itu Dubes Australia untuk Indonesia, mendorong Canberra untuk menerima invasi Indonesia ke Timor Timur.
Woolcott, dalam kawat rahasia yang bocor, mengatakan semua itu demi kepentingan ekonomi jangka panjang. Merundingkan batas-batas maritim, terutama Celah Timor, dengan Indonesia akan lebih mudah ketimbang dengan orang Timor Timur.
Prediksi Woolcott benar. Tahun 1989, Australia dan Indonesia menandatangani Perjanjian Celah Timor.
Bagi pendukung kemerdekaan Timor Leste, perjanjian itu merupakan titik terendah dukungan Australia terhadap perjuangan rakyat bekas jajahan Portugis itu. Xanana Gusmao, pemimpin gerilyawan Timor Timur, menyebut perjanjian itu sebagai pengkhianatan Canberra.
"Australia telah menjadi kaki tangan pelaku pembunuhan rakyat Timor Timur. Mereka hanya ingin aman, dengan membiarkan aneksasi Timor Timur," demikian Gusmao.
Bagi Australia, Perjanjian Laut Timor adalah kesepakatan ekonomi yang menguntungkan bagi kedua negara, dan merupakan harga yang layak dibayarkan rakyat Timor Leste kepada Canberra. Di sisi lain, ketika Timor Leste terus menerus mengatakan perjanjian itu tidak adil, Australia menyebut pernjanjian itu sebagai harga yang murah yang harus diterima.
Menurut Canberra, Timor Leste mendapat 90 persen dari pendapatan Bayu Undan -- sumur minyak dan gas yang digali Conoco Phillips. Proyek ini bernilai 3 milyar dolar untuk masa 15 tahun, dan mulai berproduksi pada tahun kedua kemerdekaan Timor Leste.
Penghasilan dari Bayu Undan diperkirakan membuat Dili mampu membayar seluruh utangnya, dan tidak lagi terjerat utang baru.
Namun, di luar Bayu Undan -- atau kawasan pengembangan bersama Timor Leste dan Australia -- ada wilayah yang jauh lebih besar, yaitu Greater Sunrise. Wilayah ini dikelola sendiri oleh Woodside Australian Energy. Sebanyak 82 persen penghasilan Greater Sunrise masuk ke kantong Australia.
Jika minyak bukan motivasi Australia melepas Timor Timur dari Indonesia, Canberra sudah meminta bayaran atas kesediaannya mengirim pasukan perdamaian. Atau, jika memang tidak ada yang diburu Australia, negeri itu seharusnya sudah hengkang ketika jajak pendapat usai.
Banyak pihak mencium niat busuk Australia, mencuri minyak Timor Leste, mengintervensi Timor Timur. Mereka mendapatkannya pada tahun pertama negeri bekas jajahan Portugis itu merdeka, yaitu ketika Woodside memompa minyak di kawasan sengketa, yaitu Laminaria dan Corallina. Nilainya ditaksir mencapai miliaran dollar.
Rincinya, antara 1999 sampai 2002, Australia mengeruk 1,2 miliar dolar AS dari Laminaria dan Corallina, dan memberi bantuan 200 juta kepada Timor Timur. Yang harus diingat, bukan 'bagian', tapi 'bantuan'.
PM Alkatiri mengatakan Perjanjian Laut Timor bersifat sementara, sampai kedua negara menyepakati batas maritim. Sementara adalah kata yang tak jelas, karena tidak ada batas waktu dalam perjanjian itu.
Orang Timor Leste mungkin akan mengatakan batas perjanjian sementara itu adalah sampai seluruh sumur minyak di dasar Laut Timor kering. Selama minyak dari Laut Timor mengalir, Australia akan terus memberikan bantuan jutaan dolar kepada Timor Leste dengan tangan kiri, dan meraup miliaran dolar dengan tangan kanan.
Pada akhirnya, nasib Indonesia dan Timor Leste tidak berbeda. Indonesia harus menebus kemerdekaan dengan membayar seluruh utang Hindia-Belanda ke kreditor asing. Timor Leste membayar mahal kemerdekaannya dengan satu-satunya kekayaan alam yang memberikan janji kemakmuran, sampai waktu tak terbatas.
(1) Hard-nose reality adalah kata lain dari visi bisnis. Hubungan internasional tidak pernah didasarkan pada kepentingan politik, tapi bisnis jangka panjang. Bagi Australia, melepaskan Timor Timur dari Indonesia adalah proyek ekonomi jangka panjang. Canberra bersedia mengeluarkan dana berapa pun untuk mengerahkan pasukan, dan memberi makan rakyat negeri itu, dengan harapan bisa menguasai 90 persen cadangan minyak di Celah Timor.
Sejarah Asal Mula Bangsa Aceh
Sejarah Asal Mula Bangsa Aceh
Konon keturunan bangsa Aceh adalah
dari tanah Persia. Seperti kita sering dengar kepanjangan ACEH sebagai
Arab, China, Eropa, dan Hindustan (India). Namun sampai sekarang jarang
para sarjana yang mengangkat kisah seperti ini. Hanya Affan Jamuda dan
A.B. Lila Wangsa yang menulis “Peungajaran Peuturi Droe Keudroe
(Pelajaran mengenal diri sendiri)” menyebutkan: Wangsa Acheh saboh
wangsa nyang jak meunanggroe rot blah barat pulo Ruja. Wangsa nyan asai
phon nibak wangsa Achemenia, Wangsa Achemenia nyang asai jih phon bah
binak buket Kaukasus di Europa teungoh. Wangsa Achemenia nyang hudep bak
thon 2500 GM (gohlom masehi). Wangsa Achemenia saboh wangsa nyang harok
meurantoe, sampoe wangsa nyang meusipreuk bansaboh Asia, Afrika, Europa
ngon pulo Ruja. Nyang saboh turonan neuweh u tanoh Parsi jeut keuwangsa
Parsia, nyang sabih suke neuweh u pulo Ruja, dudoe teuma jeut
keu-wangsa Acheh.Wangsa Acheh asai phon nibak wangsa
Achemenia-Parsia-Acheh, Affan Jamuda and AB. Lila Wangsa, Peungajaran
Peuturi Droe Keudroe (Pidie: Angkasa Muda, 2000).
Terjemahannya; Bangsa Aceh
adalah satu bangsa yang membangun negeri di sebelah barat Pulau Ruja
(Sumatera). Bangsa ini asalnya dari bangsa Achemenia, bangsa Achemenis
berasal dari sebuah bukit Kaukasus di Eropa Tengah. Bangsa Achemenia
hidup sekitar 2500 Tahun sebelum Masehi. Bangsa Achemenia satu bangsa
yang suka merantau, sampai bangsa ini tersebar di seluruh Asia, Afrika,
Eropa dan juga Pulau Ruja. Satu keturunan pindah ke tanah Persia,
kemudian menjadi bangsa Persia, yang satu suku lagi pindah ke Pulau
Ruja, kemudian lahir bangsa Aceh. Bangsa Aceh pertama sekali berasal
dari bangsa Achemenia-Parsia-Acheh). Tentu saja itu bukan sebuah
kebetulan, jika kemudian kita temukan akar sejarah migrasi manusia dari
Persia, bahkan sebelum Raja Darius (521-486 Sebelum Masehi) yang
menguasai Persia, konon beragama Zoroasther. Raja ini menyebarkan sayap
pemerintahannya sampai Eropa, Anatolia, Mesir, Mesopotamia, dan India
Barat.
Dalam buku A History of
World Societies disebutkan bahwa: “They had created “world empire”
encompassing of the oldest and most honored kingdoms and peoples of the
ancient Near East.” Jadi, ada benarnya bahwa penggalan lagu Rafly di
atas, yaitu “Beek tabeoh kada wangsa meutuwah; turounan meugah meuri-ri
wangsa; khujja ngoen majja lakap geupajah; turoenan meugah dorius raja”.
Sampai sekarang, bukti sejarah ini memang masih mengundang sejumlah
tanda tanya. Sebab, di dalam sejarah, selalu disebutkan nama Parsia di
dalam sejarah Aceh, namun jarang yang bisa menarik kembali kemana arah
sejarah Aceh sebelum Masehi atau sebelum Islâm datang ke daerah ini.
Pada masa Darius dan anaknya Xerxes (486-464 Sebelum Masehi), mereka
telah membangun suatu monarki kekuasaan, yang ternyata telah disebutkan
sebagai “world empire” (kerajaan dunia) hingga menjadi cikal bakal
beberapa kerajaan di Timur Tengah.
“
Kemudian
Jamuda dan Lilawangsa menulis: hon teuka di tanoh Parsi (Iran-Irak
jinoe). Sabab musabab neueuka sampoe roh neumeunanggroe lam pulo ruja.
Bak zameun Raja Dorius neumat keurajeun di Parsia, lam masa nyang kuasa
keurajeun Raja Dorius luah lagoina mulai di Meuser troh u Hindi ngan lam
pula Ruja. Lam masa nyan keu wangsa-ureung bako-bako di nanggroe Parsia
neujak duek u nanggroe blah barat pulo Ruja nyang dudoe neulakap
Nanggroe Aceh. Yoh goh nyang lam tanoh Acheh kana Aulia-Aulia Allah,
nyang sahe naggroe Acheh milek harta Aulia-Aulia Allah (Bangsa Persia
sebelum menjadi bangsa Aceh, pertama kali datang di tanoh Parsia
(Iran-Irak sekarang). Sebab datangsampai membangun negeri di Pulau Ruja.
Pada masa zaman Raja Darius memegang tampuk kekuasaan di Persia, pada
waktu itu wilayah kekuasaan Raja Darius sangatlah luas sekali mulai dari
Mesir hingga ke India sampai ke Pulau Ruja.
“
Pada
zaman itu berbagai bangsa di negeri Persia berangkat menetap di sebelah
Barat Pulau Ruja kemudian diberinama Nanggroe Aceh. Sebelum itu di
tanah Aceh sudah ada wali-wali Allah, yang jaga negeri Aceh milik
harta-harta Aulia Allah). Jadi, dapat dipastikan bahwa asal usul indatu
orang Aceh adalah dari Parsia yang datang ke Pulau Ruja, sebuah pulau
yang kemudian diberi nama Aceh. Namun yang menarik adalah jika benar
pada zaman Raja Darius yang beragama Zoroasther sudah ada Wali-Wali
Allah di Aceh, maka pertanyaannya adalah apa benar sudah ada agama yang
menyembah Allah sebelum Masehi. Sebab ungkapan bahwa Aceh milik atau
tanah para Wali juga ditemukan dalam ungkapan lagu Rafly berikut, Han
geu meu kafe ureung Aceh nyang/ ’Saweub bumoe nyang tanoh Aulia/ Geutem
sut nyawong peudong kheun Allah/ Kameunan reusam geutung pusaka… (Tidak
akan menjadi Kafir orang Aceh itu/Sebab bumi ini adalah tanah Aulia/
Rela mengeluarkan nyawa untuk mempertahankan kalimah Allah/ Begitu adat
yang diambil sebagai pusaka). Sayangnya semua sejarah itu masih berupa
catatan perang. Kegemilangan Aceh sebagai salah satu kerajaan besar
hanya cerita manis.
‘
Ada
yang menarik tentang Aceh, yakni simbol agama yang dikekalkan dalam
suasana dayah, sebagai pusat sumber ilmu agama Islam tempoe doeloe.
Ketika Aceh hendak dijajah, semua suku dan ulama di Aceh sepakat melawan
penjajahan. Karena itu, konsep kebencian orang Aceh terhadap
penjajahan, bukan karena kebencian etnisitas atau sejarah, tetapi karena
melawan penindasan atau penjajahan merupakan jihad. Hal itu dibuktikan
oleh Tgk Chik Pantee Kulu dengan karyanya kitab Hikayat Prang Sabi yaitu
membakar semangat orang Aceh melawan penjajah dengan ideologi agama.
Dalam
konteks etnis, orang Aceh adalah orang yang berjiwa kosmopolitan alias
bisa menerima siapa saja atau suku bangsa apapun. Untuk mengelompokkan
etnisitas, sistem kerajaan Aceh menyusun kependudukan berdasarkan negeri
asal suku bangsa tersebut, sebagaimana dilukiskan dalam hadih maja
“Sukee lhee reuthoh bak aneuk drang, Sukee ja sandang jeura haleuba,
Sukee tok bate na bacut bacut, Sukee imuem peut yang gok-gok donya”.
Sukee di sini dalam kata lain artinya suku sehingga hadih maja ini
menggambarkan keragaman suku bangsa di dunia yang berdomisili di Aceh.
Semuanya berhasil disatukan oleh sultan Alaidin Riayatsyah Al Qahhar
(1537-1565) di bawah panji Islam dan terayomi di bawah payung kerajaan
Aceh Darussalam.
“
Mengenai
asal usul masyarakat Aceh, HM. Zainuddin (1961), mengatakan bahwa orang
dari suku Batak/Karee membentuk kaum Lhee Reutoih. Orang asing lainnya
seperti Arab, Persia, Turki, Keling (dagang), Melayu semenanjung, Bugis
membentuk kaum Tok Batee Sultan berasal dari kaum Tok Batee. Kaum
percampuran dari Hindu dan Batak Karee membentuk group baru menjadi kaum
Ja Sandang. Pimpinannya diberi gelar dengan panglima kaum dengan gelar
kaum imeum peut. Sedangkan orang Gayo, sebagaimana dikutip Gerini (HM.
Zainuddin, 1961) menghubungkannya dengan Dagroian sesuai dengan catatan-
catatan Marcopolo. Menurutnya, Dagroian berasal dari kata-kata drang –
gayu, yang berarti orang Gayo. Masyarakat tumbuh dan berkembang dari
waktu ke waktu. Perubahan itu bisa saja berpunca di dalam masyarakat
itu sendiri atau bersumber dari luar lingkungan masyarakat yang
bersangkutan. Aceh mempunyai comparative advantage karena menjadi
pusaran dunia, transit pertama sebelum ke bagian Nusantara.
“
Terakhir,
saya ingin menegaskan bahwa dalam sejarah kebudayaan Aceh, persoalan
bersatu dan berpisah adalah hal yang sangat biasa. Artinya, mereka bisa
bersatu dengan kelompok manapun,namun budaya yang sudah mengakar yang
dibalut dengan kualitas tradisi Islam tidak akan pernah dapat
dihentikan. Jiwa nasionalisme orang Aceh yang menjadi bagian dari
Indonesia merupakan satu nafas dalam perjuangan mereka, sejauh itu tidak
dikhianati. Adapun nasionalisme di Indonesia walaupun masih didominasi
oleh pemahaman kebudayaan Jawa, agaknya memang telah mewariskan
persoalan sejarah yang tercecer. Artinya, sejarah nasionalisme di
Indonesia adalah sejarah yang dikendalikan oleh pemerintah. Sehingga
dinamika kebudayaan di daerah dianggap sebagai ‘aset’ bukan pelaku
utama, untuk tidak mengatakan mereka tidak memberikan arti yang
signifikan. Hal ini belum lagi dimana ‘aset’ budaya Indonesia cenderung
dijadikan sebagai objek untuk kepentingan sosial politik, bukan
kepentingan kebudayaan bangsa Indonesia.
Sejarah Pramuka Indonesia
Sejarah Pramuka Indonesia
Need help writing your paper! Ask professionals for paper help. Need a lab report? Buy best physics lab report. Review Writing Service for writing a performance review. Professional writers for custom writings. Need help with homework – ask to do my homework. Professional services of top paper writer.
Scouting yang di kenal di Indonesia dikenal dengan istilah
Kepramukaan, dikembangkan oleh Lord Baden Powell sebagai cara membina
kaum muda di Inggris yang terlibat dalam kekerasan dan tindak kejahatan,
beliau menerapkan scouting secara intensif kepada 21 orang
pemuda dengan berkemah di pulau Brownsea selama 8 hari pada tahun 1907.
Pengalaman keberhasilan Baden Powell sebelum dan sesudah perkemahan di
Brownsea ditulis dalam buku yang berjudul “Scouting for Boy”.Melalui buku “Scouting for Boy” itulah kepanduan berkembang termasuk di Indonesia. Pada kurun waktu tahun 1950-1960 organisasi kepanduan tumbuh semakin banyak jumlah dan ragamnya, bahkan diantaranya merupakan organisasi kepanduan yang berafiliasi pada partai politik, tentunya hal itu menyalahi prinsip dasar dan metode kepanduan.
Keberadaan kepanduan seperti ini dinilai tidak efektif dan tidak dapat mengimbangi perkembangan jaman serta kurang bermanfaat dalam mendukung pembangunan Bangsa dan pembangunan generasi muda yang melestarikan persatuan dan kesatuan Bangsa.
Memperhatikan keadaan yang demikian itu dan atas dorongan para tokoh kepanduan saat itu, serta bertolak dari ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960, Presiden Soekarno selaku mandataris MPRS pada tanggal 9 maret 1961 memberikan amanat kepada pimpinan Pandu di Istana Merdeka. Beliau merasa berkewajiban melaksanakan amanat MPRS, untuk lebih mengefektifkan organisasi kepanduan sebagai satu komponen bangsa yang potensial dalam pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu beliau menyatakan pembubaran organsiasi kepanduan di Indonesia dan meleburnya ke dalam suatu organisasi gerakan pendidikan kepanduan yang tunggal bernama GERAKAN PRAMUKA yang diberi tugas melaksanakan pendidikan kepanduan kepada anak-anak dan pemuda Indoneisa. Gerakan Pramuka dengan lambang TUNAS KELAPA di bentuk dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961.
Meskipun Gearakan Pramuka keberadaannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 tahun 1961, namun secara resmi Gerakan Pramuka diperkenalkan kepada khalayak pada tanggal 14 Agustus 1961 sesaat setelah Presiden Republik Indonesia menganugrahkan Panji Gerakan Pramuka dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 448 Tahun 1961. Sejak itulah maka tanggal 14 Agustus dijadikan sebagai Hari Ulang Tahun Gerakan Pramuka.
Perkembangan Gerakan Pramuka mengalami pasang surut dan pada kurun waktu tertentu kurang dirasakan pentingnya oleh kaum muda, akibatnya pewarisan nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Pancasila dalam pembentukan kepribadian kaum muda yang merupakan inti dari pendidikan kepramukaan tidak optimal. Menyadari hal tersebut maka pada peringatan Hari Ulang Tahun Gerakan Pramuka ke-45 Tahun 2006, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Revitalisasi Gerakan Pramuka. Pelaksanaan Revitalisasi Gerakan Pramuka yang antara lain dalam upaya pemantapan organisasi Gerakan Pramuka telah menghasilkan terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang GERAKAN PRAMUKA.
Ratna Inten Dewata (Mengapa Garut disebut kota Intan)
Ratna Inten Dewata (Mengapa Garut disebut kota Intan)
Tahun 50-an,pernah sengaja ditelusuri beberapa situs yang dianggap bekas kerajaan Timbangaten. Diantaranya lokasi Korobokan, Cipanas, dan Gunung Putri. Tetapi sayangnya, rencana menuju puncak gunung Guntur tidak bisa terlaksana, keadaan keamanan pada waktu itu tidak memungkinkan, karena ada sekumpulan penjahat.
Pada waktu menuju ke lokasi Korobokan tidak jauh dari kecamatan Tarogong sekarang, tahun 50-an masih banyak gundukan batu. terlihat dimana-mana gundukan batu, seperti bekas bangunan lama. Di sekelilingnya banyak pohon bambu, tanaman yang besar-besar bercampur dengan alang-alang. Ada juga beberapa kuburan lama yang tidak terpelihara, berantakan. Lokasi tersebut berada di atas bukit kecil. Berjalan ke puncaknya tersebut menanjak. Katanya di lokasi tersebutlah bekas kerajaan Timbangten. Tetapi kalau kita ke sana sekarang, situs tersebut sudah tidak terlihat lagi. Yang ada hanya bangunan baru, seperti sekolah serta rumah yang berdempetan. Tidak terlihat lagi gundukan-gundukan batu yang dulu dianggap sebagai bekas kerajaan Timbangten.
Di puncak gunung Putri, kalau kita melihat kea rah Timur serta Selatan, pemandangan sangat menakjubkan. Di sebelah Timur, terlihat pemandian Cipanas, agak jauh ke arah Timur terlihat kecamatan Tarogong. Agak jauh ke arah Selatan, masih jelas terlihat rumah-rumah bangunan serta mesjid Agung Garut. Sungguh pantas dan terbayang kalau tempat ini tidak lain adalah situs bekas Kangjeng Ratu Inten Dewata yang pernah bertempat tingal di tempat ini.
Kerajaan Timbangten tadinya pusat kotanya di Korobokan, kemudian pindah ke Tarogong setelah gunung Guntur meletus. Kerajaan Timbangten termasuk negara yang mandiri, artinya tidak terjajah oleh negara lain. Tanahnya subur, Kaya akan sumber alamnya. Aman, tidak ada penjahat. Rajanya yang terkenal adalah Rangga Lawe, seorang raja yang sangat adil, berwibawa, dan dicintai rakyatnya. Seharusnya yang memegang kendali kerajaan itu bukan Rangga Lawe, tetapi kakanya yang bernama Ratna Inten Dewata. Seorang perempuan yang cantik, perawakannya tinggi langsing, mempunyai kulit kuning serta rambutnya hitam ikal. Tetapi dia tidak mau memegang kerajaan, malah dilimpahkan ke adiknya, Rangga Lawe. Sedangkan Rangga Lawe adalah seorang perjaka yang bagus perawakan serta wajahnya, sangat gagah serta cakap dalam segala urusan.
Sebelum Rangga Lawe menjadi raja, yang memegang kerajaan Timbangten adalah ayahnya, Rangga Raksa Nagara. Dari permaisuri Dewi Gandani, beliau mempunyai dua putra, yang besar bernama Ratna Inten Dewata, adiknya Rangga Lawe. Pada waktu raja sudah tua dan mau meninggal, pernah dalam suatu pertemuan beliau membuat wasiat bahwa beliau melimpahkan kerajaan Timbangten ke anaknya yang paling besar yaitu Ratna Inten Dewata. Hal ini sudah menjadi tradisi yang turun temurun. Tetapi denga penuh pengertian putri Inten menjawab” Saya sudah berjanji akan melaksanakan niat. Kalau saya dipanjangka usia dan ayah serta ibu sudah tidak ada, saya ingin menenangkan pikiran, menyepi sendirian. Pendeknya tidak ada keinginan menjadi pemegang pemerintahan. Oleh karena itu, bukan bermaksud menolak pemberian ayah, sebaiknya diserahkan saja kerajaan ini kepada adik, Rangga Lawe. Sungguh sangat pantas kalau adik dijadikan raja, seorang pemuda yang gagah, besar keberaniannya, cakap dalam segala urusan..” kata Inten Dewata. Selanjutnya bapaknya juga menyerahkan kerajaan ke Rangga Lawe.
Selang beberapa tahun kemudian, kemudian Ratu Inten Dewata berangkat ke gunung Kutu, yang sekarang disebut gunung Guntur, ditemani oleh Ki Rambut Putih. Ki Rambut Putih yang mengawal sang putrid. Bertahun-tahun tinggal di suatu tempat yang terkenal dengan Babakan Gunung Putri. Tempat yang membuat menjadi betah. Udaranya segar, sangat dingin. Bagaikan bunga-bunga yang harum semerbak. Burung-burung ramai berkiau. Suara aliran air mengalir ke kolam membuat menjadi betah.
Suatu saat, kerajaan Timbangten mendapat suatu cobaan yang sungguh besar. Yaitu kemarau panjang bertahun-tahun, sampai pada masyarakat kerajaan Timbangten tertimpa bencana kekurangan air. Ada usul dari para pembesarkerajaan supaya membuat bendunga air, sumber airnya mengambil atau membobol tempat tinggal putri yang berbentuk padepokan Ratu Inten Dewata.
Dengan tidak memikirkan bagaimana perasaan kakaknya, Rangga Lawe menyetujui untuk membongkar kediaman putri. Tempat yang menjadi kediaman paling disukai Ratna Inten kemudian dibongkar, dijadikan bendungan,tanpa meminta izin kepada yang punya.
Tentu saja Ratna Intan sangat marah. Mendadak langit menjadi mendung menutupi Timbangten dan daerah sekitarnya. Tadinya, rakyat Timbangten bergembira. Apalagi Rangga Lawe, dikiranya akan turun hujan, ditambah bendungan sudah akan selesai . Akan tetapi sukacita tersebut seketika itu juga sirna, karena mendadak bumi bergoncang. Gunung Guntur sepertinya bergemuruh. Gempa besar mulai bergoncang bumi. Kilat menyambar-nyambar. Gunung Guntur mengeluarkan batu> Suara menggelegar daari puncak gunung Guntur makin keras. Tanaman-tanaman tumbang tertiup angin yang sangat kencang. Kalau sudah seperti itu, baru rakyat Timbangten merasa takut. berlarian kesana-kemari, saling berteriak. Rangga Lawebaru tersadar, bahwa kejadian tersebut adalah kemarahan dari dewa karena telah sombong kepada kakaknya.. Rangga Lawe mencari kakaknya untuk meminta maaf dan berjanji untuk tidak sombong.
Dengan kehendak dari Allah, Rangga Lawe bertemu dengan Ratna Inten Dewata. Dia bersimpuh di kakinya sambil berkata”Maafkan aku kakak, Ini merupakan kemarahan dewa”Setelah Ratna Inten memberikan maaf-nya, menddadak gempa bumi berhenti. Gunung Guntur tidak memuntahkan lagi lahar panasnya. Batu besar atau kerikil tidak berterbangan lagi, langit mendadak cerah, angin melemah. Ini menandakan para dewa melihat kabersihan hati dewi Inten
Ratna Inten Dewata beserta Ki rambut Putih pergi ke arah Selatan menuju gunung Talaga Bodas, maksudnya untuk meneruskkan bertapa. Rangga Lawe pergi ke suatu tempat yang banyak sumber airnya. Rangga Lawe membuat kampung baru. Lama kelamaan kampung baru tersebut semakin ramai dibandingka Korobokan yang lama. Sampai sekarang kampong baru tersebut terkenal dengan sebutan Tarogong. Korobokan menjadi hutan belantara karena tidak ada yang mengurus. Akan tetapi namanya sampai sekarang masih ada.
Menurut ceritra lama. Rangga Lawe yang dinobatkan menjadi raja oleh rakyat Tarogong, setelah membuat bangunan untuk dirinya, tenggelam, tidak meninggalkan jejak. Cipanas, sekarang menjadi tempat wisata. Baik untuk bersenang-senang atau untuk mengobati penyakit kulit. Begitu juga Tarogong sekarang makin ramai dibandingkan kampung Korobokan. Sekarang Garut terkenal dengan sebutan Kota Intan.
Langganan:
Postingan (Atom)