Filosofi Hidup: Cermin Retak dan Keruh
Cermin adalah benda yang dapat
memantulkan bayangan dengan sempurna. Ada juga cermin yang dapat
memperbesar dan memperkecil objek dengan melihatnya secara kasat mata.
Kadang ia dapat menampilkan yang tersembunyi dan menyembunyikan apa yang
tampak.
Cermin adalah bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Hampir di setiap pojok ruangan rumah
selalu ada cermin. Bahkan tak sedikit yang selalu membawa cermin ketika
keluar rumah. Ia ingin selalu tampil perfect dan good looking di setiap saat dan setiap tempat.
Kehidupan manusia laksana cermin.
Jika kebaikan yang ditampakkan, maka akan mendapat kebaikan dan simpati.
Jika keburukan yang ditampilkan, akan serupa keburukan pula yang
dituai. Namun adakalanya itu tidak terjadi demikian. Terkadang cermin
itu retak dan keruh. Tidak dapat menampilkan gambar, tidak mampu
menampakkan kebaikan dan bahkan justru sebaliknya yang nampak adalah
keburukan.
Para pelakunya umumnya sudah lupa dengan kata ikhlas.
Karena kebaikannya itu sudah menjadi kebiasan di mana pun tempat dan
waktunya. Tidak peduli seberapa besar musuh kebatilan yang
menghampirinya. Ia zero response dan memaafkan terhadap hal-hal dan lingkungan yang tidak sesuai. Karena kebaikan itu untuk Rabbnya, bukan untuk hiruk pikuk manusia.
Karena kebaikan itu akan selalu ada, selalu bertahan dan selalu menang.
Tak peduli ada cermin atau tidak.Sejatinya kebaikan itu bukanlah
tempatnya di depan cermin, untuk mendapatkan sorak sorai penonton dan
pujian. Ia akan selalu ada di mana saja. Ada respon positif, tidak ada
respon, atau bahkan respon negatif. Kebaikan akan terus berjalan bersama
kita atau orang lain yang melakukannya. Ia akan selalu ada, baik ada
yang suka maupun tidak suka. Tidak peduli apa pun yang ada di depan,
samping, belakang, atas dan bawahnya. Ia akan selalu menemukan jalannya.
Allahu A’lam bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar