Lontong “Olo e Dadi Kotong”
Siapa
yang tak kenal dengan makanan satu ini? Ia bisa disajikan dengan
berbagai cara. Mulai dikombinasikan dengan rujak, bakso, soto dan
sebagainya. Teksturnya yang lembut membuatnya jadi bahan pengganti nasi
yang tak kalah lezatnya. Kalau dilihat dari sejarahnya, lontong sudah
dibuat oleh orang-orang tua kita sejak zaman dulu. Uniknya, tak hanya
berkreasi saja dengan membungkus beras dengan daun pisang, mereka juga
menyematkan satu filosofi yang dalam di makanan ini.
Lontong
menurut orang Jawa punya filosofi “olo e dadi kotong” atau dalam bahasa
Indonesianya, kejelekannya sudah tidak ada atau hilang. Filosofi ini
erat kaitannya dengan bulan Ramadhan. Seperti yang kita tahu, selama di
bulan suci itu umat islam akan dilebur dosa-dosanya setelah sebulan
berpuasa. Hingga akhirnya kembali suci dan fitrah, sehingga dijuluki
dengan “olo e dadi kotong”.
Meskipun tak harus dimakan setelah bulan puasa, lontong silahkan kamu
nikmati kapan saja. Namun kali ini jangan lupa, jika lontong tersebut
adalah representasi dari dosa yang telah dihilangkan. Jadi,
mudah-mudahan bisa jadi pengingat yang baik agar kita selalu bertaubat
agar terampuni semua dosa-dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar