Mau Mendapat Beasiswa? Buatlah Potret Diri Anda yang "Charming"!
Sebutlah, Anda lulusan perguruan tinggi negeri (PTN) terkenal dengan
indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,8. Dengan modal itu, Anda ingin
melanjutkan studi ke jenjang S-2 di bidangfood technology di
Wageningen University, sebuah universitas pertanian terbaik di dunia
yang berada di Belanda. Saat diminta menjelaskan mengapa Anda melamar
program tersebut, kira-kira apa jawaban Anda?
Jika jawaban Anda adalah ingin memperdalam ilmu yang telah
didapatkan di Indonesia atau ingin meraih karir yang baik di bidang
tersebut, maka bersiaplah Anda bersaing dengan ratusan mahasiswa lain
untuk bisa studi di kampus itu.
Kenapa? Karena akan ada beratus orang yang menjawab pertanyaan
tersebut dengan jawaban yang sama dengan Anda. Anda tidak sendiri! Lalu,
jika ditanya lagi, manfaat apa yang akan Anda berikan dengan ilmu yang
Anda akan dapatkan nanti bagi organisasi, institusi, komunitas, bangsa
dan negara, apa kira-kira jawaban Anda?
Boleh jadi, dengan optimistisnya Anda menjawab akan membawa ide-ide
baru bagi organisasi Anda dan berkontribusi penuh terhadap pembangunan
di bidang tersebut. Jika benar itu adalah jawabannya, maka
bersiap-siaplah Anda akan bersaing dengan ratusan orang yang menjawab
pertanyaan itu dengan jawaban sama. Ya, jawaban yang generik dan
normatif, tidak artikulatif!
Mengapa
Banyak pelajar yang menemui kesulitan dan tidak dapat menjawabnya
dengan tepat dan artikulatif tentang motivasi mereka untuk meneruskan
studi di luar negeri dan mengambil bidang studi tersebut.
Jawaban standar biasanya, "Saya ingin memperdalam ilmu yang saya
dapat saat kuliah S-1,". Atau, jawaban lainnya, "Saya ingin memperluas
wawasan saya, atau ingin mendapat pengalaman internasional,". Bahkan,
ada jawaban yang lebih sederhana lagi. "Karena bidang studi S-2 yang
saya ambil ini sama dengan program studi S-1 saya,".
Sepertinya, pertanyaan berbau ‘mengapa’ cukup sulit dijawab oleh
sebagian besar pelajar Indonesia. Padahal, pertanyaan seputar 'mengapa'
itulah yang justru menjadi kunci untuk menentukan pelajar tersebut layak
diterima di suatu perguruan tinggi atau menjadi penerima beasiswa.
Mengapa? Mengapa Anda ingin kuliah di negara tersebut dan mengambil
bidang studi tertentu? Mengapa Anda layak menjadi penerima beasiswa?
Mengapa Anda merasa lebih baik dari kandidat lain? Mengapa dari kacamata
lembaga pemberi beasiswa, ‘investasi’ yang mereka tanamkan ke Anda akan
mendatangkanreturn lebih baik ketimbang pada kandidat lain?
Mengapa universitas-universitas berkelas dunia tersebut rugi besar jika tidak memberikan Anda letter of admission? Masih banyak 'mengapa' lainnya untuk dijawab.
Motivasi
Banyak pemburu beasiswa mengira bahwa dengan berbekal IPK tinggi
dari universitas terkenal dan nilai bahasa Inggris tinggi, maka otomatis
pintu akan terbuka lebar-lebar dan mereka dengan mudah melanjutkan
studi atau meraih beasiswa di luar negeri. Mereka lupa, ada
beratus-ratus, bahkan beribu pelamar lain memiliki IPK di atas 3 atau
nilai IELTS di atas 6.5.
Nilai dan angka tersebut hanyalah persyaratan minimal. Itu semua hanya knock out of criteria.
Agar dapat terpilih, harus ada faktor lain yang mampu membuat si
pelamar mengungguli pelamar lain. Faktor itu harus mampu membedakan Anda
dengan pelamar lain. Apa itu? Motivasi!
Lembaga pemberi beasiswa memang akan mencari kandidat yang punya
motivasi kuat dan tujuan studi yang jelas. Mereka mencari kandidat
dengan self awareness tinggi terhadap kekuatan dan kelebihannya. Juga, terhadap potensi dan passion yang dimilikinya.
Para kandidat juga harus mampu membaca faktor-faktor eksternal dan
perubahan global, misalnya tentang kelangkaan energi, ketahanan pangan
dan perubahan iklim, selain tentu saja isu-isu geopolitik, perubahan
perilaku sebagai dampak digitalisasi dan mampu memprediksi bermacam
perubahan di masa depan.
Kemampuan membaca dan memahami faktor internal (potensi, minat, passion) atau self awareness dan
sensibilitas membaca faktor eksternal (perubahan global, tantangan masa
depan) dan ‘mengemasnya' menjadi satu paket yang "menggiurkan" pihak
pemberi beasiswa, adalah keharusan bagi para pemburu beasiswa.
Di tengah ratusan, bahkan ribuan formulir pendaftaran yang masuk, motivation statement dan CV yang artikulatif, yangdistinctive, menjadi satu nilai jual di mata lembaga pemberi beasiswa. Baik itu motivation statement dan CV harus bikin mereka kepincut!
Ingat, pemberi beasiswa tidak akan memberikan beasiswa kepada
pelamar yang sekedar mencari pengalaman internasional atau memperluas
jejaring, apalagi hanya ingin naik golongan karena telah mendapatkan
gelar akademis lebih tinggi.
Pemberi beasiswa tidak akan pernah kepincut dengan pelamar yang
motivasi utamanya belajar ke luar negeri sekadar untuk mendapat posisi
lebih baik sepulang studi di negeri orang. Organisasi pemberi beasiswa
manapun mendapat mandat yang sama dari pendonor masing-masing, yaitu
mencari kandidat terbaik, yang worth investing! Anda harus menjadi kandidat yang benar-benar diperhitungkan!
Memangnya kenapa kalau Anda lulusan PTN ternama dan lulus sebagai
lulusan terbaik? Memangnya kenapa kalau Anda pernah jadi pemimpin
organisasi mahasiswa di kampus? Tidak berarti apa-apa jika Anda tidak
bisa mengkaitkan potensi diri anda dengan study objective Anda?
Yang terjadi akhirnya adalah sebuah paradoks, yaitu di satu sisiover valuation. Yaitu, kondisi dimana Anda merasa yang terbaik dan paling berkualifikasi tanpa dibarengi self awareness tentang
kekuatan dalam diri Anda tersebut dapat menjadi katalis bagi
keberhasilan studi dan rencana masa depan setelah selesai studi. Enggak nyambung!
Siapkan potret diri Anda!
Bagi Anda yang pernah melihat lukisan potret diri dari pelukis
besar Affandi di museum Affandi di Yogyakarta atau pelukis legendaris
Vincent van Gogh di Van Gogh Museum di Amsterdam, tentu setuju kalau
lukisan-lukisan tersebut, walaupun terlihat sangat sederhana, tidak
glamor dan neko-neko. Lukisan itu tidak rumit, tapi lain dari yang lain,
dan berhasil mencuri perhatian.
Lukisan Affandi berkaos oblong sambil menghisap pipa seakan
mengeluarkan pernyataan: "Inilah aku (self awareness). Aku dengan
kebersahajaanku, sekaligus kekuatanku. Aku dan duniaku,passion-ku dan visiku!".
Begitu juga lukisan potret diri Van Gogh. Sederhananya lukisan
tersebut, tapi mampu menyihir karena lugas mengatakan: "Lihatlah aku,
sang maestro!".
Jadi, motivation statement dan curriculum vitae tidak perlu berbunga-bunga, apalagi copy paste dari sumber lain. Buatlah lukisan potret diri yang lugas, tidak perlu cantik, tapi charmingdan dapat mencuri perhatian tim seleksi beasiswa.
Buatlah lukisan potret diri yang tidak membuat pemberi beasiwa
nantinya akan mengatakan "Kalian berhutang pada negara, dan kalian
beruntung mendapatkan beasiswa ke luar negeri!". Tapi, lukisan potret
diri Anda yang mampu berkata: "Negara atau pemberi beasiswa akan sangat
beruntung memilih saya. Cause I deserve it!".
Selamat berburu beasiswa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar